Wild Dancing Thanksgivng Turkey

Sabtu, 08 Desember 2018

Rasio Keuangan

Macam –macam Rasio keuangan
Jika kita ingin berinvestasi pada suatu perusahaan, analisis rasio keuangan merupakan hal terpenting bagi seorang investor. Mengapa demikian? Karena dengan menganalisis laporan keuangan perusahaan, kita dapat mengetahui seberapa besar investasi yang akan kita berikan.
#Pengertian
Menurut Jonathan Goblin (2001), rasio adalah suatu angka yang digambarkan dalam suatu pola yang dibandingkan dengan pola lainnya serta dinyatakan dalam presentase, sedangkan keuangan adalah sesuatu yang berhubungan dengan akuntansi. Menurut Harvarindo (2010:12), rasio adalah satu angka yang dibandingkan dengan angka lain sebagai suatu hubungan. Jadi, rasio keuangan adalah indeks yang menghubungkan dua angka akuntansi yang diperoleh dengan membagi satu angka dengan angka lainnya (James c Van Horne, dikutip dari Kasmir (2008:104). Analisa merupakan usaha dalam mengamati secara detail pada suatu hal dengan menguraikan komponen pembentuknya atau menyusun komponen tersebut untuk dikaji. Maka kita ketahui bahwa analisis rasio keuangan adalah proses pengamatan indeks yang berhubungan dengan akuntansi pada laporan keuangan dan bertujuan untuk menilai kinerja keuangan suatu perusahaan. Manfaatnya adalah bagi penganalisis dapat membantu para manajer dalam mempertimbangkan hal-hal yang akan terjadi sebelum menentukan keputusan yang terkait operasional perusahaan.

#Macam-macam rasio keuangan :
1.      Liquidity Ratio
a.       DER (Debt to Equity Ratio)
DER merupakan perbandingan antara utang perusahaan dengan modal yang dimiliki. Ketika rasio relatif tinggi maka perusahaan memiliki modal yang relatif sedikit dibanding dengan total utangnya. Padahal seharusnya perusahaan yang baik ialah perusahaan yang memiliki utang yang lebih rendah dibandingkan modal yang dimilikinya. Rumusnya yaitu :
DER = (Total uang : Modal) x 100%

2.      Profitability Ratio
a.       OPM (Operating Profit Margin)
OPM merupakan rasio yang mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih pada tingkat penjualan yang sudah ditentukan. Dengan adanya rasio ini, maka pengguna dapat mengintepretasi kemampuan perusahaan dalam menekan biaya diperiode tertentu. Jika hasilnya mendekati 100% maka perusahaan memiliki kemampuan yang tinggi untuk mtngumpulkan laba bersih. Rumusnya yaitu :
OPM = (Laba bersih : Penjualan) x 100%

b.      Net profit Margin (NPM)
NPM merupakan alat ukur untuk perusahaan dalam mendapatkan laba bersih per satu satuan mata uang penjualan. Rasio ini juga mengukur mengenai administrasi, efisiensi produksi, dan manajemen pajak. Oleh karena itu, jika tingkat rasio ini mendekati 100% ataupun melebihin 100% maka perusahaan memiliki kemampuan yang tinggi dalam mendapatkan laba. Rumusnya yaitu :
NPM = (Laba bersih setelah pajak : Penjualan bersih) x 100%

c.       EBIT (Earnings Before Interest Taxes)
EBIT atau pendapatan sebelum pajak dan bunga merupakan indikator profitabilitas perusahaan, dihitung sebagai pendapatan dikurangi biaya, tidak termasuk pajak dan bunga. EBIT biasanya digunakaan untuk mengetahui tingkat laba yang dihasilkan perusahaan atau biasa disebut sebagai laba operasi dengan mengabaikan pajak dan bunganya. EBIT disebut juga sebagai Operating Earnings, Operating Profit, dan Profit Before Interest & Taxes (PBIT). Pengukuran EBIT ini sangat membantu bagi seorang investor yang ingin membeli suatu perusahaan dengan melihat potensi penghasilan perusahaan. Rumusnya yaitu :
EBIT = Pendapatan – Biaya Operasional atau EBIT = Laba bersih+bunga+pajak

d.      ROA (Return On Asset)
ROA merupakan kemampuan perusahaan dalam mengumpulkan laba dengan memanfaatkan semua aktiva yang dimilikinya. Laba yang dihasilkan merupakan EBIT atau laba sebelum bunga dan pajak. Semakin tinggi rasio dalam perusahaan maka semakin besar keuntungan yang dimiliki perusahaan dan semakin baik pula posisi perusahaan dalam pemakaian aset. Rumusnya yaitu :
ROA = (EBIT : Total aktiva) x 100%

e.       ROE (Return on Equity)
ROE merupakan rasio profitabilitas yang mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari investasi para pemegang saham diperusahaa tersebut. Rasio ini dapat menunjukkan seberapa besar keuntungan yang diinvestasikan dari setiap satu rupiah milik pemegang saham. Rumusnya yaitu:
ROE = Laba bersih : Equitas

3.      Valuation Ratio
a.       PER (Price to Earning Ratio)
Banyak investor yang menggunakan PER sebagai alat perbandingan antara harga saham dan laba bersih perusahaan, sehingga dapat diketahui apakah harga saham perusahaan tergolong wajar atau tidak wajar. Semakin tinggi nilai PER maka harga saha perusahaan tersebut semakin mahal. Rumusnya yaitu :
PER = Harga per saham : Earning per share (EPS)
EPS merupakan perbandingan laba bersih dibagi jumlah saham beredar.
Jika PER perusahaan sangat rendah bukan berarti harga saham akan semakin turun, jika prospek kerja baik maka akan ada kemunginan dimasa mendatang harga saham akan naik karena menurut valuasi, harga saham yang masih murah menurut PER dan didukung prospek kerja yang bagus. Sedangka jika harga saham tinggi, kecil kemungkinan harga saham ditahun mendatang akan terus naik, bahkan bisa saja menurun.

b.      PBVR (Price Book Value Ratio)
Selain PER, PBV juga merupakan indikator untuk mengetahui apakah saham perusahaan tersebut dalam harga wajar atau tidak, indikator ini juga banyak digunakan oleh para analis dan investor. Indikator ini dapat digunakan dengan membagi harga saham yang ada dipasar saham dengan nilai book value(nilai ekuitas saham per tahun) dari saham tersebut. Rumusnya yaitu :
PBV = Price : Book value

c.       PCFR (Price Cash Flow ratio)
Fungsi PCF hampir sama dengan PER namun sudut pandangnya berbeda, jika dalam PER kita dapat melihat saham mana yang overvalued dan undervalued dengan berfokus pada net profit, di PCF kita berfojus pada arus kas operasi yang mengawasi jumlah uang masuk dan keluar disuatu perusahaan. PCF bisa dikataka lebih baik daripada PER karena sulitnya untuk memanipulasi laporan arus kas, maka akan mencerminan kondisi keuangan perusahaan itu sendiri. Rumusnya yaitu :
PCFR = Harga saham : Arus kas per saham atau PCFR = Kapitalisasi pasar : Arus kas
Arus kas = (pendapatan bersih+depresiasi+amortisasi) : Jumlah saham yang beredar

4.      Earning Ratio
a.       DPS (Dividen Per-Share)
DPS biasanya memuat informasi mengenai nominal dividen saham atau dividen per share suatu perusahaan. Jika kita ingin mengetahui nilai dividen suatu perusahaan maka informasi utama yang harus kita cari ialah :
1.      Laba bersih perusahaan
2.      Jumlah saham beredar
3.      Dividen Payout Ratio (DPR)
Untuk mencari nilai dividen yang akan dibagikan yaitu :
DPS = Laba bersih x DPR , maka akan diketahui nilai dividen yang akan dibayarkan pada pemegang saham. Lalu cara mencari dividen yang kita terima adalah DPS = Nilai dividen : jumlah saham beredar.

b.      EPS (Earning Per share)
EPS merupakan laba per saham atau laba yang dialokasikan kesetiap saham yang beredar. EPS juga merupakan salah satu indikator unuk mengukur kinerja suatu perusahaan. Semakin baik laba per saham suatu perusahaan maka akan menarik perhatian investor karena kebanyakan investor melihat seberapa besar uang yang dihasilkan perusahaan untuk pemegang sahamnnya. Rumusnya yaitu :
EPS = (Laba bersih setelah pajak – dividen) : Jumlah saham yang beredar

c.       BVPS (Book Value Per Share)
BVPS biasanya digunakan untuk mengetahui seberapa besar nilai buku per saham perusahaan yang layak dihargai oleh investor. Nilai buku ini didapatkan dengan cara menghitung aset total dikurangi utang total. Maksud dari definisi nilai buku yaitu apabila perusahaan tersebut dijual oleh pemegang saham maka seluruh utang perusahaan sudah lunas. Rumusnya yaitu :
BVPS = Jumlah ekuitas : Jumlah saham beredar

d.      CFPS (Cash Flow Per Share)
CFPS merupakan aliran kas se=uatu oerusahaan. Semakin besar nominal kas maka keuangan perusahaan tersebut semakin baik karean jumlah kas dapat menutupi semuasaham yang beredar. Rumusnya yaitu :
CFPS = (Arus kas operasi – dividen saham preferen) : rata-rata jumlah saham yang beredar

e.       CEPS (Cash Equivalent Per share)
CEPS merupakan investasi yang sangat liquid, berjangka pendek dan dengan cepat dijadikan kas dalam jumlah tertentu tanpa menghadapi resiko perubahan nilai yang  signifikan. Oleh karena itu, suatu investasi dapat memenuhi syarat sebagai setara kas hanya jika segera akan jatuh tempo dalam waktu 3 bulan ataupun kurang dari itu. Rumusnya yaitu :
CEPS = Arus kas operasi : 1 + Premi resiko

f.       NAPS (Net Asset Per Share)
NAPS mewakili nilai bersih suatu entitas dan dihitung sebagai nilai aset total entitas dikurangi nilai total kewajibannya. Paling umum digubakan pada reksadana. NAPS mewakili harga persaham pada periode tertentu. Rumusnya adalah :
NAPS = Nilai aset bersih (NAV) : Jumlah saham beredar

Itulah beberapa jenis rasio keuangan. Semoga membantu J




Referensi :
https://www.investopedia.com/terms/n/nav.asp

(Diakses pada Sabtu, 8 Desember 2018 pukul 20.50 WIB)

Tidak ada komentar: